Minggu, 26 Juni 2011

GISTutorial.NET

GISTutorial.NET


ArcGIS: Mosaik SRTM Pulau Kalimantan

Posted: 25 Jun 2011 07:05 PM PDT

Mosaik adalah menggabungkan data raster yang berdampingan sehingga menjadi satu raster utuh. Berikut adalah tutorial cara memosaik data SRTM Pulau Kalimantan di ArcGIS 10. Data raster yang digunakan dalam tutorial...

Kamis, 23 Juni 2011

GISTutorial.NET

GISTutorial.NET


Mirror: Download Peta RBI Indonesia skala 1:250.000

Posted: 22 Jun 2011 10:56 PM PDT

Posting ini adalah mirror dari posting di Download Peta Rupabumi Indonesia Vektor. Beberapa teman mengeluhkan sulitnya mencarai LINK download karena memang file-file tersebut disimpan di hosting FILEFACTORY. Sebagai alternatif, berikut ini kami publish repositori file di IFILE.IT yang semoga menambah pilihan untuk download. Silakan download Peta Rupabumi Indonesia skala 1:250.000 format Arc/Info Coverage pada link di [...]

Selasa, 21 Juni 2011

Membuat Peta Lereng dan Peta Kerja Kemampuan Tanah


Setelah peta dasar selesai kita siapkan, maka langkah selanjutnya yang harus kita persiapkan adalah membuat peta lereng dan peta kerja kemampuan tanah.  Membuat peta lereng dapat dilakukan dengan beberapa sumber data diantaranya dapat menggunakan kontur, titik tinggi, ataupun menggunakan data DEM/SRTM.
Secara teoritis, membuat peta kerja untuk Peta Lereng bersumber dari Peta Topografi. Penarikan batas lereng pada peta dasar / lapang. Batas lereng dibuat dengan mengukur jarak transis kontur pada peta topografi :


 

               C I       x       100
  d  =   -----------------------------   x   1000 mm
                     L    x    S         

D   = jarak antara garis kontur
C1 = interval kontur (m)
 L    = lereng (dalam %)
 S    = besaran skala  (contoh : untuk skala 1 : 5000, maka S = 5000)
Untuk transisi yang padat dihitung selisih antara 5 kontur, sedang yang jarang dihitung selisih antara 2 kontur, contoh  : Menghitung jarak transis pada peta topografi skala 1 : 5.000 dan interval kontur 2,5 m. Berdasarkan rumus di atas diperoleh perincian jarak transis setiap kelas lereng pada tabel berikut :
           Tabel 2.2. Jarak Transisi Tiap Kelas Lereng
No.
Kelas lereng
Jarak Transis (m)
1.
0 – 3 %
> 16,67
2.
3 – 5 %
10 – 16,67
3.
3 – 8 %
6,25 – 10
4.
8 – 15 %
3,3 – 6,25
5.
15 – 25 %
2,0 – 3,3
6.
25 – 40 %
1,25 – 2,0
7.
> 40 %
< 1,25

Adapun cara membuat peta lereng dengan menggunakan data SRTM adalah sebagai berikut:
1.         Hidupkan program ArcGIS dari main menu atau dengan cara meng-klik icon ArcMap
2.         Setelah program ArcGIS aktif, Add data SRTM yang telah disiapkan, untuk contoh yang kita gunakan menggunakan lokasi 58_14 tiff seperti tampilan berikut ini:










3.         Aktifkan ArcToolbox → klik Data Management Tool → Projections and Transpormations → Raster → Project Raster, sehingga akan muncul dialog box Project Raster seperti berikut:


















4.         Isi Input Raster sesuai lokasi yang telah disiapkan
5.         Input coordinate system dengan memilih geographic coordinate system → Spatial Reference Properties → World → WGS 1984.
6.         Isi Output Raster Dataset dengan nama file yang akan kita simpan, lalu simpan data tersebut
7.         Klik Output Coordinat System hingga muncul Spatial Reference Properties → Select hingga muncul dialog box Browse for coordinate system → pilih geographic coordinate sistem → World→ WGS 1984












8.         Jika selesai lalu klim OK.
9.         Add data yang sudah di Project Raster, sehingga akan seperti tampilan berikut ini:




10.    




10.       Aktifkan Tools 3D Analyst → Surface Analysis → Slope hingga muncul dialog box seperti berikut ini:











11.       Input Surface akan terisi secara default → Percent → OK

















12.       Setelah proses maka akan muncul tampilan seperti berikut:















13.       Selanjutnya pilih 3D Analyst → Reclassify → akan muncul dialog box reclassify.
14.       Klik Classify → akan muncul dialog box classification →












Isi masing-masing
Classes                 : 8 (sesuai NSPM)
Method                               : Manual
Break Values      : klik % lalu rubah nilai sesuai dengan interval kelas lereng, masukan angka tertinggi dari masing-masing kelas lerengnya.
Lalu klik OK.










15.      Setelah muncul hasil Reclass, selanjutnya pilih kembali 3D analys → Convert → Raster to features hingga muncul dialog box Raster to Features. Biarkan isian terisi secara default, lalu simpan file shp kelas lereng pada lokasi yang telah disiapkan di C/Latihan/Pengolahan RSTM/Jawa Barat_Lereng.






16.      Maka hasil kelas lereng sudah bisa di munculkan seperti tampilan berikut ini.










17.      Selanjutnya lakukan pemotongan pada wilayah kelas lereng sesuai dengan wilayah administrasi yang akan diproses. Add data → klik admin_contoh (administrasi Kab. Bogor)sebagai pemotongnya, seperti tampilan berikut:










18.      Klik analysis tools → Extract → Clip, sehingga muncul tampilan seperti berikut ini :











19.       Masukan
Input Features               : jawa barat_lereng
Clip Features                   : admin_contoh
Simpan file hasilnya dalam folder latihan
Maka akan muncul hasil seperti tampilan berikut ini:








20.       Tahap selanjutnya adalah penghalusan dari masing-masing polygon kelas lereng, dengan cara Smooth Polygon.
21.      Bila setelah dilakukan smoothing dirasa masih perlu diperbaiki, maka lakukan generalisasi terhadap polygon kelas lereng dengan melakukan digitasi sesuai dengan kelas lereng di dalam NSPM.
Setelah peta lereng selesai dibuat, siapkan peta kerja dan rencana titik sampel berdasarkan peta lereng yang telah ada. Buat sebaran titik sample yang merata dan mewakili setiap kelas lereng.
Penentuan titik sampel dapat dilakukan dengan cara membuat grid pengamatan titik sample:

   cetak peta lereng yang telah dilengkapi unsur peta dasar, seperti jalan, sungai, toponimi sesuai dengan skala peta yang sebenarnya
  buat grid pada peta yang telah di cetak dengan interpal garis masing-masing 5 cm.
  setelah selesai pembuatan grid tentukan pada tiap-tiap kotak grid satu titik sampel untuk diambil datanya.
  setelah selesai maka peta kerja ini siap untuk dibawa kelapangan.

Pengambilan Data Survey Lapang


Survey lapang merupakan salah satu cara dalam pengambilan data dan prosedur yang harus dilakukan dalam pembuatan peta tematik.  Selain survei, kita juga membutuhkan persiapan dan langkah-langkah secara teknis dalam mempersiapkan kebutuhan peralatan yang diperlukan dalam menunjang proses survei. Adapun langkah-langkah persiapan dan pengambilan data lapangan adalah sebagai berikut:

·           Pembuatan Peta Dasar
·           Pembuatan Peta Kerja dan Penentuan Titik Sample di Lapang.
·           Penyiapan Peralatan untuk Survei Lapang
·           Pengamatan Ground Check di lapangan
·           Plotting dan koreksi posisi

Sebelum memulai kegiatan pemetaan tematik terlebih dahulu harus mempersiapkan peta dasar. Fungsi dari peta dasar adalah sebagai kerangka tempat ploting data tematik. Idealnya semua data tematik menggunakan satu peta dasar sehingga akan tercipta peta tunggal yaitu semua jenis peta mempunyai referensi yang sama. Syarat terciptanya peta tunggal adalah :


1.       Memiliki sistem koordinat yang sama
2.       Memiliki unsur dasar yang sama berupa batas buatan seperti batas administrasi dan jalan serta batas alam seperti sungai, garis pantai, dan batas perairan lainnya.
Peta dasar dalam kegiatan pemetaan menjadi bahan untuk peta kerja setelah ditambah jalur rencana jalur survei. Unsur – unsur yang umumnya dimuat dalam peta dasar adalah jalan, sungai, danau, waduk, rawa, situ/ telaga, garis pantai, bukit, gunung, angka ketinggian, batas administrasi, nama-nama geografi (toponimi)  serta simbol – simbol geografi lainnya baik alami maupun buatan.
Pembuatan peta dasar dimaksud sangat tergantung pada jenis peta yang akan dibuat maupun skala yang digunakan. Sebagai contoh pemetaan penggunaan tanah dengan skala kecil (1 : 50.000),  maka informasi dasar yang disajikan juga dibuat secara global. Misalkan informasi sungai cukup sampai dengan orde kedua atau orde ke tiga, jalan cukup dengan kualitas aspal atau jalan kolektor yang menghubungkan pusat-pusat administrasi pemerintahan dan seterusnya. Sebaliknya apabila skala peta yang digunakan semakin besar, maka informasi dasar yang disajikan juga semakin rinci dan detil.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Ka BPN  No 1 Tahun 1997, bahwa skala dan ukuran peta dasar yang digunakan untuk kegiatan survei dan pemetaan penatagunaan tanah harus mengikuti skala dan ukuran peta dasar yang dibakukan (standar) oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Peta dasar yang disediakan oleh Bakosurtanal tersebut dikenal dengan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI).
Skala dan ukuran peta dasar yang digunakan oleh Bakosurtanal ditentukan menurut hierarkhinya sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Hierarki Skala dan Ukuran Peta Dasar
Skala Peta
Ukuran 1 Lembar dalam Metrik
Ukuran 1 Lembar dalam Geografi
Ukuran 1 Lembar dalam Hektar (Ha)
1 : 250.000
+ 45cm x 67cm
       10 x  10 30’
1884375
1 : 100.000
+ 56cm x 56cm
30’ x  30’
313600
1 : 50.000
+ 56cm x 56cm
15’ x  15’
78400
1 : 25.000
+ 56cm x 56cm
7’30” x  7’30”
19600
1 : 10.000
+ 46cm x 46cm
2’30” x  2’30”
2116
1 : 5.000
+ 56cm x 56cm
1’15” x  1’15”
784
1 : 2.500
+ 56cm x 56cm
37,5” x  37,5”
196
Catatan : 10  (derajat geografi) =  + 111 kilometer

Untuk peta berskala 1:25.000 menggunakan skala dan ukuran peta dasar 1:25.000 atau lebih besar (untuk wilayah Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara, dan sebagian Maluku). Untuk menghasilkan peta berskala 1:50.000 menggunakan skala dan ukuran peta dasar 1:50.000 atau lebih besar (untuk wilayah selain Pulau Jawa,  Bali; Nusatenggara, dan Sebagian Maluku). Apabila skala dan ukuran peta tidak dapat diperoleh untuk wilayah selain Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara dan sebagian Maluku, maka dapat menggunakan citra satelit dengan koreksi geometrik yang benar sebagai peta dasar.
Peta dasar di dapat dari berbagai sumber seperti Peta RBI, Peta Jantop atau Topografi Angkatan Darat, Peta Dasar Pertanahan, citra satelit, foto udara serta peta tematik lainnya yang bereferensi geografi. Apabila informasi dasar yang diperlukan dari satu sumber tidak informatif atau kurang jelas, maka peta lainnya yang tersedia dapat digunakan sebagai referensi.
 

Tags

Poll

Site Info

Total Tayangan Halaman

Bidang Satu Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template